Disusun
oleh:
Nama
Anggota Kelompok.
1.
I Gusti A.A Putri Wardanyati (12320011)
2.Gusti Putu Agus Arya Suardinata (12320010)
3. M.
Dimas Pujantara Fauzi (12320013)
4. I
Gust Agusi Palguna Artha (12320007)
1.1
LATAR BELAKANG
Salah
satu perubahan wujud yang dapat digunakan untuk pemisahan campuran adalah
menyublim atau sublimasi. Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke
gas atau dari gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan
kenaikan suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas. Sebaliknya,
bila suhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera berubah wujudnya
menjadi padat.
Penggunaan
teknik ini terbatas, karena hanya sedikit zat yang dapat mengalami sublimasi,
di antaranya adalah kapur barus, amonium klorida, dan iodium. Bagaimanakah cara
kita memisahkan suatu campuran yang mengandung zat yang dapat menyublim?
Cara
yang dapat kita lakukan adalah memisahkan partikel yang mudah menyublim tersebut
menjadi gas. Gas yang dihasilkan ditampung, lalu didinginkan kembali. Syarat
pemisahan campuran dengan menggunkan sublimasi adalah partikel yang bercampur
harus memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga kita dapat
menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah proses pemurnian dengan metode
sublimasi untuk senyawa organic dan anorganik dalam hal ini kapur barus ?
1.3
TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui proses
pemurnian dengan metode sublimasi untuk senyawa organik dan anorganik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Apabila ada dua zat atau lebih di dalam campuran yang
tidak mengalami reaksi kimia , maka hasil komponen campuran tersebut memiliki
sifat-sifat yang tetap. Campuran yang mamiliki sifat-sifat yang tetap ini dapat
dipisahakan dengan cara fisika , yaitu pemisahan berdasarkan sifat-sifat yang
tampak , antara lain berdasarkan titik didihnya , densitas dan daya serapnya.
Setiap unsur atau senyawa yang merupakan komponen penyusun campuran dalam
keadaan temperatur dan keadaan yang sama mempunyai sifat-sifat dasar yang
identik dengan zat murni. Teknik-teknik pemisahan campuran banyak macamnya ,
antara lain destilasi , ekstraksi , filtrasi , sublimasi , dan sentrifugasi
(Tim Penyusun Pemisahan Kimia , 2010).
Sublimasi
adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari gas ke padat. Bila
partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu, maka partikel
tersebut akan menyublim menjadi gas. Sebaliknya, bila suhu gas tersebut
diturunkan, maka gas akan segera berubah wujudnya menjadi padat.Cara yang dapat
kita lakukan adalah memisahkan partikel yang mudah menyublim tersebut menjadi
gas. Gas yang dihasilkan ditampung, lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan
campuran dengan menggunkan sublimasi adalah partikel yang bercampur harus
memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga kita dapat menghasilkan uap
dengan tingkat kemurnian yang tinggi(Dennifa,2010).
Sublimasi
adalah proses perubahan zat dari fasa padat menjadi uap , dan uap dikondensasi
langsung menjadi padat tanpa melalui fasa cair. Pada proses sublimasi, senyawa
padat apabila dipanaskan akan menyublim, langsung terjadi perubahan dari padat
menjadi uap tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu (Basset,1994).
Cara
kerja sublimasi adalah zat yang akan disublimasi dimasukkan dalam cawan/gelas
piala untuk keperluar sublimasi, ditutup dengan cawan, berisi es batu , kemudian
di panaskan dengan api kecil pelan-pelan. Zat padat akan menyublim berubah
menjadi uap, sedangkan zat penyampur tetap padat. Uap yang terbentuk karena
adanya proses pendinginan berubah lagi menjadi padat yang menempel pada dinding
alat pendingin. Bila sudah tidak ada lagi zat yang menyublim , dihentikan
proses pemanasan dan di biarkan dingin supaya uap yang terbentuk menyublim
semua kemudian zat yang terbentuk dikumpulkan diperiksa kemurniannya. Bila
kurang murni diulang proses subliasi sampai didapatkan zat yang murni
(sudja,1990).
BAB III
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat :
a. Beker gelas
b.
Gelas Ukur
c. Lampu spritus
d. Hot plate / Cawan
e. Spatula
f. Kertas saring
g. Kaki Tiga
h. Alat pengaduk
i. Neraca
2.
Bahan :
a. kapur barus kotor
b. Es batu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
PROSEDUR
1.Mengambil 10 gram kapur barus
kotor kemudian di masukkan ke dalam beker gelas.
2. Meletakkan kapur barus tersebut
diatas kasa asbes dan kaki tiga.
3. Meletakkan cawan porselin
sehingga menutup mulut beker gelas.
4. Meletakkan es batu pada cawan
porselin
5. Memanaskan menggunakan lampu
spiritus dibaeah beker gelas.
6. Menunggu semua kapur barus sampai
menyublim.
7. Mengaduk kapur barus yg sudah
menyublim dan sampai timbul kristal.
8. Mengambil kristal dipantat cawan
porselin dengan spatula lalu didinginkan.
9. Menentukan massa kristal yang
terbentuk dengan neraca.
10. Mencari perbandingan massa kapur
barus kotor yang dipakai dengan kristal yang terjadi.
4.2
HASIL PENGAMATAN
Sebelum
Pengamatan :
1. Sebelum
digerus kapur barus berwarna putih, dan berbentuk bulat
2. Berat
kapur barus mula-mula 10 gram
3. Berat
es batu mula-mula 10 gram
Setelah
Pengamatan
1. Setelah
digerus,kapur barus dimasukkan ke dalam beker gelas dan meletakkan di atas kaki
tiga, lalu meletakkan cawan yang sudah berisi es batu di atas beker gelas, dan
memastikan tidak ada uap air keluar.
2. Dalam
waktu 1 menit kapur batus d panaskan, sudah terjadi uapan air dan timbulnya gas
di dalam beker gelas.
3. Setelah
kira-kira 5 menit kemudian kabur barus mulai semakin menyublim dan habis.
4. Setelah
kapur barus benar-benar habis, kapur barus didiamkan sebentar hingga proses
penyubilman benar-benar selesai sampai menemukan kemurnian dari kapur barus
tersebut.
5. Mengumpulkan
zat dari hasil penyubliman lalu di timbang.
6. Warna
kapur barus yang mengkristal yaitu putih kehijau-hijauan
7. Bau
khas dari kapur barus.
8. Wrna
lelehan dari kapur barus tidak berwarna.
9. Hasil reaksi yang di
dapat :
-
Kapur barus disublimasi -> terbentuk kristal-kristal murni kapur
barus yang menempel pada punggung cawan. Kapur barus berbentuk seperti jarum
atau monoklin.
- Kristal ditimbang -> Berat Kristal adalah 6,5 gram
4.3
Perhitungan
Zat pengotor = (Massa kapur barus
awal – massa naftalen murni)
= 10 gram – 6,5 gram = 3,5 gram
Perbandingan = Masaa kapur barus
kotor : massa Kristal
= 10 : 6,5
= 5 : 2
4.3
Pembahasan
Sublimasi
Pada percobaan terakhir yaitu sublimasi
pada kamfer (naftalen) kotor. Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses
sublimasi dikarenakan sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan
kristal yang tak bewarna (Riswiyanto,2003). Reaksi dari naftalen berlangsung
dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi
mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair,
kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristal kembali. Sehingga dalam
proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya berubah
bentuk (fase) dari padat ke gas. Pada
proses sublimasi naftalen, beker gelas yang sudah di isi dengan kapur barus
kotor diatasnya dipasang cawan yang berisi es batu fungsinya untuk melihat
perubahan warna pada kamfer namun tetap mengisolasi massa naftalen didalam
sistem. Lalu, dilakukan pemanasan dengan api yang kecil sehingga terbentuk
kristal-kristal di permukaan bawah cawan yang diletakkan es pada permukaan
atasnya, fungsi es yaitu sebagai penyerap kalor dalam gas naftalen agar
mengalami rekristalisasi. Pada percobaan diperoleh berat kapur barus murni
yaitu 6,5 gram yang sebelumnya berat kapur barus adalah 10 gram, Berarti hasil
naftalen yang didapatkan tidak benar – benar murni, hal ini dapat disebabkan
karena pengaruh lingkungan sekitar sehingga tidak semua pengotor dapat
dipisahkan serta tutup cawan pada saat di uapkan tidak tertutup rapat, dan alat
ukur yang digunakan. Kristal naftalen yang didapat yaitu dari bentuk kristal
yang seperti jarum (monoklin) dan bentuk kristal yang didapatkan lebih tipis
dan jernih dari pada sebelum sublimasi.