BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Embrio
embrio merupakan eukariot diploid multisel dalam tahap
pertama dalam perkembangan, dari waktu pembelahan sel pertama sampai kelahiran
, penetasan, atau Perkecambahan. Bagi manusia, disebut embrio sehingga sekitar delapan
minggu setelah pembuahan, dan mulai saat itu disebut janin.
Perkembangan
embrio disebut embriogenesis. Untuk organisme yang bereproduksi secara seksual,
ketika sperma bersenyawa dengan sel telur, hasilnya adalah sel yang disebut
zigot, yang mewarisi separuh DNA dari setiap induknya. Untuk tumbuhan, hewan
dan beberapa protis, zigot itu akan terpecah secara mitosis untuk menghasilkan
satu organisme multisel. Hasil proses inilah disebut embrio.
2.2
Sejarah Perkembangan Embrio/Embriologi
Setelah
Aristotiles, orang yang mempelajari embriologi
adalah William Harvey (1578-1657), yang pada tahun 1651 menulis buku
“Tentang Generasi Hewan”. Dikatakan bahwa semua hewan berasal dari telur.
Pernyataan ini diperkuat dengan penemuan R. de Graaf (1641-1673), menyatakan
bahwa indung telur (ovarium) pada burung sama dengan indung telur pada kelinci.
Ia juga merupakan peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel telur dan
sperma agar terbentuk embrio. De Graf juga membuktikan bahwa sel telur dan
sperma sama- sama membawa bahan genetika untuk keturunannya. Selain itu, A. Van
Leeunwenhook (1677) melihat spermatozoa orang dalam mani (semen).
M. Schleiden dan T. Schwann (1839) menemukan
“teori sel”, yang berbunyi; “sel adalah unit dasar kehidupan”. Semua hewan dan
tumbuhan dibangun atas sel-sel. Sedangkan R. Virchow (1859) merumuskan pula
istilah terkenal: “Omne cellula e cellula”, sel berasal dari sel yang telah
lebih dulu ada. Itu berarti setiap sel tubuh berasal dari sel kelamin (gamet),
dan setiap sel yang ada sekarang di bumi, baik hewan maupun tumbuhan, berasal
dari sel yang relatif ada di masa purba. Sementara itu Spallanzani (1729 –
1799) mengatakan, bahwa hasil berkelamin jantan dan betina perlu untuk mulainya
embriogenesis.
Seiring
berkembangnya pengetahuan tentang embriologi, maka para ilmuan banyak
mengeluarkan teorinya masing-masing. Seperti halnya teori yang dikemukakan oleh
Jan Swammerdam, teori ini menganut teori performasi yaitu, embrio sudah ada
dalam telur dan telah terbentuk sempurna, sebagai miniatur yang terkandung
dalam biji.
Pada abad ke- 18, teori preformasi berkembang
dengan baik dan membentuk beberapa aliran diantaranya menyatakan bahwa ada
kekuatan vital dalam benih organisme dan kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan
embrio menurut pola perkembangan yang telah dibentuk sebelumya. Untuk
membuktikannya harus dilakukan pengamatan secara empiris (percobaan). C. F. Wolff (1738- 1794) melaksanakan
pengamatan ini dan mengemukakan teori epegenesis embriologi pada tahun 1759. Ia
sendiri mengkritik teori preformasi dalam bukunya “Teori Generasi” hingga terus
berkembangnya ilmu pengetahuan tentang embriologi.
2.3
Perkembangan embrio mamalia
Sel
telur mamalia biasanya berukuran cukup kecil, hanya menyimpan sedikit cadangan
makanan. Pada sebagian besar spesies mamalia, fertilisasi terjadi di dalam
oviduk, dan tahap-tahap paling awal dari perkembangan yang
terjadi sewaktu embrio
menyelesaikan perjalannya menyusuri oviduk menuju uterus. Sel telur dan zigot
mamalia belum menunjukan polaritas sehubungan dengan kandungan sitoplasma, dan
penyibakan zigot, yang tidak memiliki kuning telur, bersifat holoblastik. Akan
tetapi, terlepas dari ketiadaan kuning telur, gastrulasi dan organogenesis awal
pada mamalia mengikuti suatu pola yang serupa dengan pola pada burung reptile
dan lain.
Karena
pertimbangan etika menghalangi untuk percobaan pada embrio manusia,
perkembangan manusia sebagian telah di dasarkan pada apa yang bisa kita
ekstrapolasi dari mamalia yang lain. Berdasarkan pada pengamatan perkembangan
manusia paling awal setelah tertilisasi in virto. Pada manusia, pembelahan
pertama selesai sekitr 36 jam setelah fertilisasi, pembelahan kedua sekitar 60
jam, dan pembelahan ketiga setelah 72 jam. Blaatomer-blastomer berukuran
setara. Pada tahap delapan sel, blastomer melekat erat satu sama lain,
menyebabkan permukaan luar embrio berpenampilan mulus.
Menggambarkan
perkembangan embrio manusia dimulai sekitar 6hari setelah fertilisasi.
1. Sel
penyibakan selesai, embrio telah memiliki lebih dari 100 sel yang tersusun di
sekeliling rongga sentral dan menuruni oviduk menuju ke uterus. Tahap embrionik
ini disebut
blastosit. Yang menggugus disalah satu rongga blastosit adalah sekelompok sel
yang disebut masa sel dalam yang kemudian berkembang menjadi embrio itu sendiri
dan membentuk atau berkontribusi terhadap semua membrane ekstraembrionik.
2. Trofoblas,
epitel blastofit terluas tidak berkontribusi terhadap embrio itu sendiri namun menyediakan jasa
pendukung. Pertama, trobobflas
menginisiasi implasntasi dengan menyekresi enzim yang mencegah molekul-molekul
endometrium, pelapis uterus. Ini memungkinkan blastosit memasuki endometrium.
Kemudian, saat trofoblas menebal melalui pembelahan seln trofoblas mengulurkan
penjuluran-penjuluran serupa jari kedalam jaringan maternal disekitarnya, sehingga darah tumpah dan merendam jaringan
trofoblas. Disekitar waktu implantasi, massa sel bagian dalam dari blastosit
membentuk cakram pipih dengan lapisan sel bagian atas,epiblas, dan lapisan sel
bagian bawah, hipoblas, yang homolog dengan epiblas dan hipoblas burung.
3. Saat
implantasi selesai, gastrulasi dimulai. Sel-sel bergerak kedalam dari epiblas
melalui alur primitive dan membentuk mesoderm dan endoderm. Pada waktu yang
sama membrane ekstraembrionik mulai terbentuk. Trofoblas terus meluas kedlam
endometrium. Trofoblas yang menginvasi, sel-sel mesodermal yang berasal dari
epiblas, dan jaringan endometrium yang berdekatan turut berkontribusi terhadap pembentukan plasenta. Plasenta
adalah organ vital yang merantarai pertukaran nutrient, gas, dan zat-zat
buangan bernitrogen antara embrio dan induk betina. Plasenta juga menghasilkan
hormone dan melindungi embrio dari respon kekebalan ibu.
4. Akhir
glastrulasi, lapisan germinal embrionik terlah terbentuk. Embrio berlapis tiga
kini dikelilingi oleh mesosderm
ekstraembrionik yang beriprolifrasi dan keempat membrane ekstraembrionik.
Proses Morfogenetik disebut juga sebagai Proses Gastrulasi. Selama masa gastrulasi sel-sel melakukan
gerakan morfogenetik, sehingga terjadi reorganisasi seluruh embrio atau
sebagian daerah kecil di dalam embrio. Gastrulasi: awal perkembangan embrio
Mulai
dikenal 3 lapisan:
-
Ektoderm
-
Mesoderm
-
Endoderm
Mekanisme molekuler
gastrulasi berbeda untuk setiap spesies Gastrulasi diikuti dengan
organogenesis, perkembangan organ dari lapisan germinal. Tujuan gastrulasi:
membentuk 3 lapisan embrional yaitu ectoderm, mesoderm, and endoderm. Setiap
lapisan akan berkembang menjadi jaringan dan organ spesifik.
Ektoderm adalah lapisan
tubuh bagian luar yang akan berkembang menjadi lapisan luar pelindung tubuh
(pada hewan tertentu menjadi susunan saraf pusat).
Endoderm adalah lapisan
tubuh bagian dalam yang akan berkembang menjadi saluran pencernaan dan hati.
Mesoderm adalah lapisan
tubuh bagian tengah yang akan berkembang antara usus dan lapisan pelindung luar
seperti otot dan sistem peredaran darah.
Misal: ektoderm berkembang menjadi: Epidermis
(kulit, rambut, dll) , Jaringan syaraf.
Membran
ekstraembrionik pada mamalia homolog dengan ekstraembrionik pada burung dan
reptile yang lain dan berkembang dengan cara yang serupa. Pertukaran gas
terjadi melintasi korion, dan amnion mengalasi embrio yang sedang berkembang.
Kairon adalah Korion terbentuk dari trofoblast yang diliputi oleh mesoderm.
Korion yang hanya terdiri satu lapisan, menjadi dua lapisan yaitu: Lapisan
langhans atau cytotrofoblast dan Lapisan synsititium atau synsitiotrofoblast.
Lapisan langhans atau cytotrofoblast yaitu lapisan dalam yang berhubungan
dengan mesoderm dan terdiri sel-sel yang batasnya jelas. Lapisan synsititium
atau synsitiotrofoblast yaitu lapisan luar yang berhubungan dengan lapisan
desidua yang terdiri dari protoplasma sel dan inti sel tanpa batas-batas sel. Korion
berdiferensiasi dan tumbuh pesat antara hari ke-9 dan 20. Korion mengeluarkan
cairan enzim yang mencairkan sel-sel desidua dan pembuluh darah, mengeluarkan
cabang-cabang pada seluruh permukaannya dan sekitar desidua menjadi villi
choriallis. Korion yang melekat pada desidua basalis dan tumbuh subur disebut
chorion frondusum. Sebaliknya villi yang banyak, makin berkurang dan akhirnya
menghilang. Hal ini disebabkan oleh desidua kapsularis sangat sedikit
mengandung pembuluh darah, sehingga kurang makanan , yang berakibat korion
menjadi gundul disebut chorion leave. Cairan dari rongga amnion yang merupakan
‘air ketuban’ yang dikeluarkan dari vagina induk betina saat amnion pecah tepat
sebelum kelahiran anak. Dibawah embrio mamalia yang sedang berkembang, kantong
kuning telur menyelubungi lebih banyak cairan. Walau tidak mengandung kuning
telur diberikan nama yang sama pada burung dan reptile. Mebran kantong kuning
telur mamalia merupakan tempat pembentukan awal sel-sel darah. Yang kemudian
berimigrasi kedalam embrio dan menyingkirkan karbon dioksida dan zat buangan
bernitrogen dari embrio.
2.4
Kembar Identik
Kembar
identic bisa muncul ketika sel-sel embrionik terpisah. Waktu pemisahan tersebut
menentukan sifat penyusunan anak kembar di dalam uterus terkait dengan membrane
ekstraembrioniknya. Jika pemisahan terjadi cukup dini, sebelum trofoblas dan
masa sel bagian dalam terdiferensiasi, maka kedua embrio akan tumbuh,
masing-masing dengan korion dan amnionnya sendiri. Inilah yang terjadi
sepertiga dari kelahiran kembar. Pemisahan terjadi agak belakngan, setelah
korion terbentuk namun sebelum amnion yang terpisah. Pada kasus yang jarang,
dua kelompok sel lebih belakangan lagi terbentuk.
2.5
Mekanisme Seluler dan Molekuler
Penataan dan
pergerakan sel yang terjadi dari bentuk blastula menjadi gastrula melibatkan
mekanisme seluler yang luar biasa, yaitu:
1.
perubahan dalam motilitas sel,
2. perubahan dalam bentuk sel, dan
3. perubahan dalam adhesi seluler(penempelan
dari sel ke sel lain, atau ke matriks ekstraseluer).
Perubahan
bentuk sel umumnya melibatkan reorganisasi sitoskeleton, awalnya mikrotubula
terorientasi –aralel dengan sumbu dorso ventral embrio, sehingga membantu pemanjangan
sel sepanjang arah tersebut. Pada ujung dorsal masing –masing sel terdapat
susunan parallel filament aktin yang terorientasi menyilang. Filament tersebut
berkontraksi yang menyebabkan sel berbentuk baji (wedge), sehingga memaksa
lapisan ectoderm melekuk ke arah dalam ( invaginasi/imnpocketing).
Selanjutnya
adhesi sel, glikoprotein dalam matriks ekstra seluler (misal fibronektin)
menautkan sel –sel yang bermigrasi sehingga sel –sel tersebut mencapai tujuan.
Adapun factor yang berperan dalam migrasi tersebut adalah glikoprotein yang
disebut molekul adhesi sel ( cell adhesion molecule) yang terdapat pada
permukaan sel.
Pada mkanisme molekuler proses fertilisasi meliputi
beberapa tahap yaitu (1)kontak dan pengenalan sel telur dan sperma, (2) regulasi
penetrasi sperma ke sel telur, (3) fusi material genetik kedua sel gamet dan
(4) aktivasi reaksi metabolik sel telur, untuk memulai perkembangan
embrio(Gilbert, 2000). Kesemua tahapan diatas melibatkan interaksi
molekul-molekul yang terdapat pada kedua sel gamet yaitu sel telur dan sperma.
DAFTAR PUSTAKA